Jakarta, CNN Indonesia

Mendekati Hari Raya Idulfitri, sebagian pekerja mungkin sudah mulai harap-harap cemas menunggu dana tunjangan hari raya (THR) masuk ke rekening.

Anda perlu cermat dalam mengelola alokasi THR demi memenuhi persiapan Lebaran hingga untuk mudik ke kampung halaman, tetapi masih bisa menabung untuk masa depan.

Lantas bagaimana cara mengelola THR agar tetap aman mudik dan tersisa untuk ditabung?


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perencana keuangan OneShildt Financial Planning Budi Rahardjo menjelaskan dalam setahun, biasanya pengeluaran keluarga cenderung relatif sama dari bulan ke bulan. Kecuali, pada bulan-bulan tertentu pengeluaran dapat membengkak akibat pengeluaran tahunan.

Misalnya, pengeluaran untuk saat liburan, pembayaran sumbangan pembinaan pendidikan (SPP), saat harus menunaikan kewajiban perpajakan, serta yang tidak kalah besar adalah pengeluaran saat hari raya.

“Biasanya untuk pengeluaran hari raya ini pekerja memanfaatkan uang THR yang diberikan satu tahun sekali,” tutur Budi kepada CNNIndonesia.com, Kamis (28/3).

Ia pun menjelaskan bagaimana mengelola pengeluaran hari raya, baik mulai saat memasuki Ramadan dan Idulfitri, agar tetap dapat menabung dan uang tidak digunakan secara berlebihan.

Pertama, prediksi pola pengeluaran. Biasanya Anda sudah mengenali pola pengeluaran rutin bulanan, baik untuk utilitas rumah (listrik, air, gas dan internet), cicilan, biaya transportasi, belanja bulanan, pengeluaran anak, dan lain sebagainya.

Namun, saat Ramadan dan Lebaran, kita perlu memasukkan komponen lain, yakni anggaran khusus pengeluaran saat Ramadan dan hari raya.

“Misalnya, biaya mudik yang di mana di dalamnya termasuk biaya transportasi, biaya akomodasi serta biaya uang saku saat mudik, serta angpau,” jelasnya.

“Kemudian belanja kebutuhan hari raya untuk membeli baju baru untuk keluarga, serta biasanya budaya memberikan amplop lebaran untuk keponakan yang menjadikan biaya hari raya membengkak,” sambung Budi.

Ditambah lagi, apabila ada biaya memberikan THR bagi asisten rumah tangga (ART) serta untuk para pekerja di lingkungan RT. Karena banyaknya komponen pengeluaran ini, maka perlu disusun anggaran agar pengeluaran terkendali.

Budi menambahkan mungkin juga ada pos pengeluaran yang mengalami penurunan, sebut saja biaya makan di luar atau di tempat kerja. Namun, biasanya pengeluaran lain juga meningkat, yaitu untuk infaq, zakat dan sedekah.

Kedua, mengidentifikasi sumber pendapatan. Karyawan tentu akan mendapatkan THR saat hari raya. Sumber pendapatan tahunan ini akan mirip seperti bonus tahunan.

“Nah, sumber pendapatan tahunan ini dapat digunakan untuk meng-cover pengeluaran Ramadan dan hari raya yang membengkak,” tutur Budi.

“Bagi yang memiliki penghasilan tidak tetap, maka harus melakukan cek ulang sumber pendapatan. Apakah pendapatan saat Ramadan dan setelah hari raya mengalami fluktuasi atau tidak,” lanjutnya.

Apabila mengalami fluktuasi atau peningkatan pengeluaran, hal ini perlu diantisipasi. Jika memang pola pendapatan saat hari raya mengalami peningkatan, hal tersebut bisa diantisipasi dengan kenaikan hasil usaha.

Namun, apabila terjadi pola penurunan pendapatan saat Lebaran maupun setelahnya, maka sebaiknya pemilik pendapatan tidak tetap seperti para freelancer dan pengusaha usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus bersiap.

“Saat di mana pendapatan dan bisnis di bulan-bulan sebelumnya mengalami peningkatan, dapat disisihkan sebagian keuntungan untuk menutupi pengeluaran besar hari raya,” jelasnya.

Lanjut ke halaman berikutnya…







Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *