Jakarta, CNN Indonesia

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan Indonesia tidak mengimpor bahan bakar minyak (BBM) maupun gas dari Iran.

Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji di tengah kekhawatiran akan dampak konflik Iran-Israel yang tengah berlangsung.

“Tidak ada (impor BBM dan gas dari Iran) walaupun kita menjalin kerja sama dengan Iran, tetapi tidak mudah untuk melakukan dalam implementasinya. Jadi kita sampai saat ini tidak ada,” katanya dalam satu diskusi yang digelar Perkumpulan Alumni Eisenhower Fellowships Indonesia pada Senin (15/4).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tutuka mengatakan Pertamina mengimpor BBM dari berbagai negara, di mana mayoritas atau 56 persen dari Singapura. Kemudian disusul Malaysia.

Sedangkan impor LPG mayoritas atau sekitar 46 persen dari Amerika Serikat. Kemudian disusul Uni Emirat Arab dan Qatar. Sementara untuk minyak mentah mayoritas diimpor dari Arab Saudi dan Nigeria.

Karena mengimpor dari Arab Saudi yang merupakan negara Timur Tengah, Tutuka mengatakan Pertamina mengantisipasi jika terjadi konflik berkepanjangan di kawasan itu, terutama antara Iran dan Israel.

“Kalau terjadi eskalasi kita harus antisipasinya kurang lebih bahwa mungkin pertama ya kita mengidentifikasi sumber-sumber impor kita. Jadi kalau ada yang terjadi, dibelokkan ke mana, dicarikan di tempat lagi yang mana, itu yang penting,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Tutuka juga menyebut harga minyak dapat mencapai US$100 per barel akibat eskalasi konflik di Timur Tengah antara Iran dengan Israel.

“Dengan adanya konflik baru ini, Iran dan Israel, ini (harga minyak) sebetulnya tidak jauh dari angka US$100. Saya katakan sependapat, kemungkinan besar harga ICP naik US$100 (per barel),” ujar Tutuka.

Berdasarkan data yang dimiliki oleh Kementerian ESDM, ICP (Indonesian Crude Oil Price) atau harga patokan minyak mentah Indonesia per 12 April 2024 sebesar US$89,51 per barel.

Sebelum serangan Iran terhadap Israel, kata Tutuka, harga minyak sudah mengalami peningkatan kurang lebih US$5 per barel tiap bulannya.

“Kalau kita soroti ICP dari bulan Februari, sebetulnya dari Maret dan April naik terus. Kenaikan kurang lebih US$5 per bulan,” ucap Tutuka.

[Gambas:Video CNN]

(sfr/sfr)


[Gambas:Video CNN]





Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *