Jakarta, CNN Indonesia

Pelemahan rupiah di momen libur Lebaran 2024 makin mengenaskan pada Selasa (16/4) kemarin. Kurs jatuh hingga Rp16.005 per dolar AS atau minus 0,99 persen saat perdagangan resmi dibuka usai libur panjang.

Jatuhnya mata uang Garuda di momen Idulfitri 1445 H dibarengi dengan kekhawatiran Israel diserang. Negara Zionis itu dihujani ratusan drone oleh Iran pada Minggu (14/4).

Aksi itu merupakan balasan lantaran Israel menyerang kantor konsulat Iran di Damaskus, Suriah, yang menewaskan beberapa petinggi Garda Korps Revolusi Iran.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebut penutupan rupiah pada perdagangan pertama usai libur Lebaran 2024 mencatatkan rekor buruk. Rupiah yang anjlok ke posisi Rp16.175 per dolar AS alias minus 2,08 persen merupakan pelemahan yang terdalam di Asia.

Bahkan, Josua mengatakan catatan buruk itu melampaui level Rp16 ribu untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir. Ia menyebut ini terjadi imbas akumulasi beberapa indikator yang terjadi selama masa libur panjang.

“Kembali memanasnya konflik geopolitik di Timur Tengah setelah Iran menyerang Israel membuat banyak investor menjadi risk-off dan lebih memilih aset-aset safe haven. Ini menyebabkan aliran modal keluar dari pasar-pasar negara berkembang, termasuk Indonesia,” ucap Josua kepada CNNIndonesia.com, Rabu (17/4).

Di lain sisi, ia menyoroti data teranyar yang menunjukkan solidnya ekonomi Amerika Serikat (AS). Inflasi tahunan AS meningkat, klaim pengangguran menurun, dan penjualan ritelnya menguat.

Sentimen dari Negeri Paman Sam itu menjadi indikasi penundaan pemotongan suku bunga oleh The Fed alias higher for longer. Ekspektasi pasar terhadap The Fed pun berubah, bank sentral AS itu diprediksi baru akan memangkas suku bunga pada September 2024 mendatang.

Pada akhirnya, mata uang AS terus menunjukkan tajinya. Indeks dolar AS bahkan terus naik 0,05 persen pada 16 April 2024 kemarin, menjadi 106,26 atau merupakan level tertinggi sejak 1 November 2023.

Serupa, Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra mengatakan penundaan pemangkasan suku bunga acuan di AS terus menekan rupiah. Ia menegaskan rupiah memang rentan dengan faktor eksternal, terlebih sekarang ada konflik di Timur Tengah.

Ariston meramal rupiah baru akan turun jika konflik Iran dan Israel mereda. Ia memprediksi rupiah akan terus bergerak turun terhadap dolar AS mencapai level Rp16.800 hingga Rp17 ribu.

“Current account deficit yang dialami Indonesia saat ini membuat rupiah rentan dengan pelemahan karena faktor eksternal,” jelas Ariston.

“Current account deficit berarti Indonesia memerlukan dolar AS lebih banyak untuk memenuhi permintaan dolar. Oleh karena itu, membuat current account surplus membantu menjaga ketahanan nilai tukar rupiah,” sambungnya.

Lantas, apa saja ancaman yang menghantui perekonomian Indonesia jika rupiah terus melemah?

1. Inflasi

Ariston mengatakan inflasi harus diwaspadai pemerintah jika rupiah terus-terusan melemah. Anjloknya mata uang Garuda sangat berpengaruh terhadap masyarakat karena banyak barang kebutuhan masyarakat dan industri diperoleh dari impor.

Jika tak diantisipasi, perekonomian Indonesia terancam. Ariston menyebut akan ada perlambatan ekonomi jika ini dibiarkan.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo juga mewanti-wanti ‘hantu’ inflasi.

“Inflasi akan meningkat tajam, beban hidup rumah tangga semakin berat. Harga-harga akan naik mengikuti inflasi jika pelemahan terus berlanjut karena nilai rupiah semakin kecil,” ujarnya.

2. Daya beli tergerus

Peneliti Makro Ekonomi dan Pasar Keuangan LPEM UI Teuku Riefky mengatakan depresiasi mata uang yang terjadi erat kaitannya dengan imported inflation. Ia mencontohkan akan terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

“Berpotensi menggerus daya beli masyarakat dan juga menambah beban fiskal,” ucap Riefky.

Lanjut ke halaman berikutnya…







Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *